Perupa Dipo Andy, Lukisan Pop-Art Yang Kembali Digemari

Profil pelukis/perupa Dipo Andy. 

Perupa Dipo Andy, 42 tahun, banyak melukis imaji figur-figur terkenal di dunia. Dipo Andy menciptakan citraan figur di antaranya bintang film, seniman, olahragawan, dan pemimpin negara. Dia banyak melakukan eksperimen dengan teknik komputer grafis.

Di studio seninya di Kabupaten Bantul, Yogyakarta Dipo menjawab pertanyaan kami tentang Pop-Art. Dia juga menunjukkan koleksi lukisannya yang menggunakan citraan bintang film, misalnya figur pemain film Sandra Bullock.

Pop-Art kembali digemari

Lukisan Pop-Art punya kecenderungan menjanjikan mimpi-mimpi pada orang-orang muda untuk menjadi kaya, populer, cantik, ganteng. Ini dampak dari perkembangan media digital yang masuk ke otak manusia. Untuk membuat karya-karya Pop-Art pun gampang.

Karya pop art menggambarkan sesuatu yang wah. Visualisasinya menarik dengan karya-karya meriah dan warna-warna yang menarik, cerah, dan mencolok.

Yang membuat Pop-Art laku di pasaran, Karena penggemar seni Pop-Art juga yang baru belajar. Itu karena melihat keindahan yang tampak langsung di mata. Tidak lagi peduli dengan hal-hal yang filosofis. Mereka hanya melihat kanvas yang dibubuhi cat. Pop art mulai banyak menyebar di Indonesia 10 tahun yang lalu.

Karya yang Digolongkan sebagai Pop-Art

Karya Dipo Andy dua tahun yang lalu sangat bisa digolongkan sebagai Pop-Art. Dari konsep karya Dipo Andy menggambarkan tentang mimpi-mimpi orang muda.

Dipo Andy banyak bersentuhan dengan dunia anak-anak muda. Tertarik pada apa yang ada di media massa, seperti majalah. Dipo Andy tertarik bagaimana cara media mengungkapkan sesuatu. Waktu itu Dipo Andy bersingungan dengan digitalisasi, misalnya desain grafis, komputer grafis.

Menurut Dipo Andy, yang menarik dari Pop-Art adalah karena Pop-Art menentang karya seni yang menggunakan nilai-nilai filosofis atau karya-karya seni yang dianggap tinggi. Misalnya, Pop-Art menentang sejarah keagungan, moralitas yang ada pada zaman sebelumnya.

Lukisan Pop-Art punya kecenderungan menjanjikan mimpi pada anak-anak muda untuk menjadi kaya, populer, cantik dan ganteng. Ini karena perkembangan media digital dan menurut perupa Dipo Andy, karya Pop-Art mudah dibuat dan menarik karena visualisasinya menggunakan warna-warna meriak dan mencolok. Itu sebabnya, kini, karya seni Pop-Art kembali digemari masyarakat.

Inspirasi dari Benda-benda Sehari-hari

 Lukisan Dipo Andy visualnya dulu hanya diambil dari majalah. Dipo Andy waktu itu memfoto kopi majalah dan koran karena pada periode itu orang belum akrab dengan internet. Foto kopian itu diperbesar lalu menjadi obyek dalam lukisan. Dipo Andy membuat karya berupa lukisan wajah-wajah pemain sepakbola yang bermain di Piala Dunia 2002. Saya memilih banyak obyek untuk melukis wajah, orang-orang yang populer. Kaya, cantik, ganteng, semua orang tahu. Itu jadi satu di antara parameter.

Pop-Art menyatu dengan zamannya. Karya beraliran Pop-Art tidak memberikan jalan atau solusi terhadap masalah. Tapi, hanya menggambarkan dan memberi pernyataan terhadap zaman. Misalnya seniman Amerika Serikat Andy Warhol yang menggambarkan bagaimana budaya instan terjadi. Pop-Aat karya yang sangat manis. Efeknya orang merasa senang, suka dan merasa masuk ke dalamnya. Enggak terlalu butuh pikiran yang terlalu mendalam. Karya Pop-Art menggunakan warna campuran, misalnya pastel dan putih. Eye catching dan orang langsung suka.

Berganti ke Aliran Abstrak

Dipo Andy mengalami kebosanan melukis yang hanya memindahkan image ke lukisan. Pergulatan untuk berubah ke aliran abstrak berlangsung selama lima tahun lalu. Mulai menghasilkan karya berkarakter abstrak sejak dua tahun lalu. Dipo Andy pun mulai memamerkan lukisan abstrak pertama kali di Art Jog pada 2016. (Home)